Disebuah lorong kampus yang panjang, terlihat mahasiswa-mahasiswi berlalu lalang dengan ceria. Saat itu adalah jam istirahat mereka, waktu dimana mereka melepas penat dan lelah setelah belajar. Terlihat seorang pemuda hanya duduk sendiri di tepi taman, hanya memandang langit yang cerah. "Rendi, ngapain lu ngelamun aja??? Ntar kesambet loh", pemuda yang ternyata bernama Rendi itu pun tersentak kaget. "Udah,,, gak usah mikirin dia lagi, dia aja gak peduli sama lo" Deni meneruskan. "Apaan sih lo, siapa yang mikirin Winda. Gw kan lagi refreshing, secara tadi kuliah susah abis bro" balas Rendi dengan ketusnya, "Udah gak usah ngeles lahi deh, gw tau kok lo lagi mikirin Winda kan? Udah deh sob, gw kan temen lo dari dulu, jadi gw bisa liat lah dari cara lo ngelamun juga" jawab Deni sambil merangkul sahabatnya itu. "Sob, gw gak tau harus gimana lagi, gw udah ngelakuin semua ini demi Winda, tapi gak pernah dia sedikitpun merespon gw" desah Rendi sambil mengingat-ingat dirinya ketika dahulu.
Dulu, Rendi adalah pemuda yang sangat garang dan bringas. Tidak peduli laki-laki atau perempuan, tua atau muda, pasti dihajarnya jika dia dibuat kesal. Padahal, Rendi adalah pemuda yang tampan dan pintar, tetapi karena kelakuannya itu, dia tidak pernah bertahan di satu sekolah lebih dari satu semester. Hingga akhirnya, di sekolahnya yang terakhir dia bertemu winda.
Saat itu dia sedang beristirahat di kantin sekolahnya, dia baru dua minggu pindah ke SMA tersebut, tetapi sudah ditakuti di sekolah itu. Dia memesan makanan dan minuman kepada pelayan kantin, tetapi saat itu kantin tersebut sedang penuh dengan siswa lain sehingga tidak bisa melayani pesanan Rendi dengan segera. Rendi yang tidak sabar menunggu, tanpa banyak bicara langsung mengamuk di kantin tersebut. Pemilik kantin, pelayan, serta siswa-siswi lainnya ketakutan, tetapi tidak terjadi pada Winda. Winda tetap pada tempatnya, duduk tenang. Ketika Rendi semakin mengamuk, Winda bangkit dan menghadapi Rendi. "Hey brandal, kalo mau ngamuk, bukan disini tempatnya!!" ucap Winda dengan lantangnya. Rina, sahabat Winda hanya duduk ketakutan dipojok kantin, seraya tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya. Rendi pun berbalik dan menghampiri Winda. "Apa? Mau pukul? Pukul aja" Tantang Winda pada Rendi. Saat itu Rendi yang sedang dipengaruhi kemarahan, tiba-tiba menghentikan aksinya. Sorot kemarahan yang mulanya terpancar jelas dari matanya, hilang seketika ketika ia melihat paras Winda. Seperti air yang menyiram api, padam tak tersisa. Saat itu Rendi tidak berbuat apa-apa, ia lantas berbalik dan menghampiri ibu pemilik kantin. Sang pemilik kantin makin ketakutan karena dihampiri olehnya. "Hey cowok bringas, jangan kau lampiaskan kemarahanmu pada ibu pemilik kantin. Kembali kesini!!!" Teriak Winda. Rendi tidak menghiraukannya sama sekali. Ia terus berjalan ke arah ibu pemilik kantin. Akan tetapi, hal yang sangat mengejutkan terjadi, Rendi mengeluarkan dompetnya seraya berkata, "maafkan saya bu, saya khilaf. Biar saya ganti semua kerugian yang ibu dapat". Saat itu semua siswa-siswi yang ada disana terbelalak tak percaya, Winda pun tak percaya dengan apa yang dilihatnya. tanpa banyak bicara lagi, Rendi langsung meninggalkan kantin. Yang ada dalam pikirannya saat itu adalah paras Winda yang begitu ayu, saat itu baru dia mengakui bahwa Winda adalah primadona. Padahal sebelumnya, ia tak pernah peduli sedikitpun.
Sejak saat itu, sifatnya berubah 360 derajat, dengan harapan dapat menjalin persahabatan dengan Winda, bahkan lebih. Tetapi kenyataan berkata lain, walaupun mereka kini dapat berteman, tetapi Winda tak pernah bisa menerima cintanya. sebagai sahabat dekat pun tidak. Hanya sebatas teman.
Tanda mulai perkuliahan telah berbunyi, saatnya bagi mahasiswa-mahasiswi untuk kembali bergelut dengan mata kuliahnya lagi. Rendipun bangun dari duduknya dan kembali kekelas. Sesaat mahasiswa jurusan sastra inggris itu melihat kekanan dan kekiri, berharap dapat melihat pujaan hatinya, kemudian ia meneruskan langkah menuju kelasnya.
"Udah sob ngelamunnya??" sapa Deni "gila, lama banget lo ngelamun. Jadi gw tinggal deh." tambah Deni.
"Udah ah, jangan nyindirin gw melulu. Dosen kita belum datang?" Rendi mengalihkan pembicaraan sambil duduk disebelah Deni.
"Belom bro, paling juga lagi nyantai dulu. Biasalah, namanya juga orang tua" jawab deni setengah menghibur sahabatnya.
"Hai Rendi" potong Rina, "gimana tugas kamu? udah dikerjain belom?"
"Udah kok rin. Winda mana?" tanya Rendi pada Rina
"Mana aku tau" jawab Rina ketus seraya pergi ketempat duduknya. Raut wajahnya lansung berubah masam.
"Bro, kenapa lo tanyain Winda ke Rina? Lo kan tau Rina tu naksir berat ma lo" bisik Deni.
Semenjak sifat rendi berubah, banyak cewek-cewek yang mengejar-ngejar Rendi, termasuk Rina yang diam-diam menaruh hati pada Rendi. Akan tetapi Rendi hanya peduli kepada Winda, tak ada yang lain dipikirannya.
"Good afternoon class" dosen masuk kedalam ruangan.
"Afternoon Sir" jawab mahasiswa-mahasiswi serentak
"Let's start our lesson. Open page 145, please! Hhmmm. Where is winda? Is she didn't want to follow my class?" ucap dosen setengah marah.
"Let me find her sir" Rendi mengajukan diri.
"Please, but don't too long"
Rendi pun keluar dan mencari Winda.
"Win, kamu gak masuk?" tanya Rendi setelah bertemu Winda
"Aduh. aku telat ya?? Meef deh, tadi aku pulang dulu. Tugas aku ketinggalan dirumah. Mana berat lagi bawanya."
"Sini biar aku yang bawa"
Rendi pun membawakan tugas-tugas Winda, dan kembali kedalam kelas bersamanya.
"Sit down please!" Ucap dosen.
"Thank you sir" ucap mereka bersamaan.
"Thanks ya dah mau bantuin aku" bisik Winda pada Rendi sesaat sebelum duduk.
Rendi hanya tersenyum, tak dapat menjawab karena senangnya.
Pelajaran pun akhirnya dimulai.
(to be continued)
please leave your comment for my story
ReplyDelete:)